Tergila-Gila Kuku Cantik
A
A
A
TIDAK semua orang memperhatikan betul kecantikan atau keindahan kuku-kukunya. Namun, ada sebagian orang yang begitu peduli akan bagian tubuh yang satu ini.
Perawatan pedicure dan manicurememanjakan tangan dan kaki terkesan sepele, tapi itu tak berlaku bagi Hana, 37, yang menjadikan dua treatment ini sebagai cara me time sekaligus relaksasi.
Kelelahan setelah bekerja membuat rutinitas manicure pedicure yang dilakukannya dua minggu sekali menjadi saat-saat menyenangkan. Terlebih ketika wanita yang bekerja di perusahaan BUMN ini ikut memberikan sentuhan kuteks cantik pada kuku-kukunya. Memang Hana tak menerapkan konsep yang aneh dalam mempercantik kuku. Ibu satu anak ini hanya memberikan cat kuku polos yang memberi kesan natural. “Mungkin karena sudah punya anak, jadi saya enggak buat nail art yang anehaneh atau terkesan ramai,” ungkap Hana.
Lalu karena menjadi rutinitas, kegiatan manicuredan pedicure akhirnya dilakukan Hana bersamaan saat harus belanja bulanan di mal. Jadi, salon kuku langganannya masih seputar wilayah Kemang, di sebuah mal yang dekat dari rumahnya. “Sekalian juga bawa anak saya yang berusia 8 tahun. Dia juga coba buat nail art lucu warna-warni dari tokoh-tokoh kartun,” ungkap Hana yang juga suka melakukan perawatan spa kuku.
Bagi Hana, menghabiskan waktu di salon kuku bisa mengembalikan mood dan sarana menenangkan diri. Mengapa tidak dilakukan di rumah saja? “Beda rasanya. Suasana perawatan di salon lebih menyenangkan. Lagian kan ditangani terapis, penanganan kuku juga lebih rapi, bersih, dengan alat yang steril,” ujar Hana beralasan.
Memang, masyarakat kelas menengah di perkotaan makin gandrung ke salon perawatan kuku. Atmosfer yang menenangkan, penanganan oleh ahli kuku, serta fasilitas menarik yang ditawarkan menjadi keunggulannya. Menurut Fifi, pemilik Kimi Nail Spa & Treatment, tren kaum urban untuk datang melakukan perawatan ke salon kuku terus berkembang.
“Enggak cuma wanita, pria pun banyak yang datang ke salon kuku,” ujar Fifi yang salonnya memiliki perawatan dasar dan spa manicure pedicure, termasuk extension kuku, nail art, bahkan perawatan bagi mereka yang kukunya cantengan. Tren kebutuhan akan salon kuku juga membuat Fifi membuka cabang salon kukunya di Mal AEON, BSD City. Memang baru sekitar satu bulan salon kuku ini ada di kawasan Tangerang, tetapi Fifi mengungkapkan, tetap hampir selalu ada pelanggan yang datang.
Kimi Nail Spa & Treatment, menurut Fifi, punya penawaran unik tersendiri untuk cat kuku. Sebab, selain kuteks halal yang sudah ada lama, label-label cat kuku yang terkenal dan sulit dicari ada di sini. Misalnya kuteks branded dari Tom Ford, Marc Jacobs, Chanel, Dior, Burberry, Yves Saint Laurent, hingga kuteks gel merek Vetro dari Jepang. Nail polisdari label ternama ini, kata Fifi tentu saja berbeda dengan merek kuteks standar seperti O.P.I, di mana biasanya setiap merek punya warna khas tersendiri.
“Kalau di Yves Saint Laurent kita perhatikan di logo mereka ada warna merah khas, nah mereka punya seri kuteks warna itu. Lalu di merek Burberry, dia punya tema-tema tertentu seperti mengeluarkan warna edisi summer,” ujar Fifi lagi. Dari segi kualitas dan harga, pelanggan Fifi yang memang mengerti tentang kuteks dapat membedakannya. Biasanya kuteks berlabel terkenal hanya mengeluarkan seri tertentu, dengan warna khas dan kepekatan palet yang sesuai dengan warna aslinya.
Harga dari pemakaian nail polis label terkenal ini dibanderol mulai dari Rp85.000 hingga sekitar Rp200.000. Adapun untuk nail art,menurut Fifi, ada banyak tema mulai dari abstrak, dengan glitter, menempelkan kristal di atas kuku, 2 D, dan paling tren saat ini nail polis gel yang lebih tahan lama di kuku karena tak mudah tergores.
Dyah ayu pamela
Perawatan pedicure dan manicurememanjakan tangan dan kaki terkesan sepele, tapi itu tak berlaku bagi Hana, 37, yang menjadikan dua treatment ini sebagai cara me time sekaligus relaksasi.
Kelelahan setelah bekerja membuat rutinitas manicure pedicure yang dilakukannya dua minggu sekali menjadi saat-saat menyenangkan. Terlebih ketika wanita yang bekerja di perusahaan BUMN ini ikut memberikan sentuhan kuteks cantik pada kuku-kukunya. Memang Hana tak menerapkan konsep yang aneh dalam mempercantik kuku. Ibu satu anak ini hanya memberikan cat kuku polos yang memberi kesan natural. “Mungkin karena sudah punya anak, jadi saya enggak buat nail art yang anehaneh atau terkesan ramai,” ungkap Hana.
Lalu karena menjadi rutinitas, kegiatan manicuredan pedicure akhirnya dilakukan Hana bersamaan saat harus belanja bulanan di mal. Jadi, salon kuku langganannya masih seputar wilayah Kemang, di sebuah mal yang dekat dari rumahnya. “Sekalian juga bawa anak saya yang berusia 8 tahun. Dia juga coba buat nail art lucu warna-warni dari tokoh-tokoh kartun,” ungkap Hana yang juga suka melakukan perawatan spa kuku.
Bagi Hana, menghabiskan waktu di salon kuku bisa mengembalikan mood dan sarana menenangkan diri. Mengapa tidak dilakukan di rumah saja? “Beda rasanya. Suasana perawatan di salon lebih menyenangkan. Lagian kan ditangani terapis, penanganan kuku juga lebih rapi, bersih, dengan alat yang steril,” ujar Hana beralasan.
Memang, masyarakat kelas menengah di perkotaan makin gandrung ke salon perawatan kuku. Atmosfer yang menenangkan, penanganan oleh ahli kuku, serta fasilitas menarik yang ditawarkan menjadi keunggulannya. Menurut Fifi, pemilik Kimi Nail Spa & Treatment, tren kaum urban untuk datang melakukan perawatan ke salon kuku terus berkembang.
“Enggak cuma wanita, pria pun banyak yang datang ke salon kuku,” ujar Fifi yang salonnya memiliki perawatan dasar dan spa manicure pedicure, termasuk extension kuku, nail art, bahkan perawatan bagi mereka yang kukunya cantengan. Tren kebutuhan akan salon kuku juga membuat Fifi membuka cabang salon kukunya di Mal AEON, BSD City. Memang baru sekitar satu bulan salon kuku ini ada di kawasan Tangerang, tetapi Fifi mengungkapkan, tetap hampir selalu ada pelanggan yang datang.
Kimi Nail Spa & Treatment, menurut Fifi, punya penawaran unik tersendiri untuk cat kuku. Sebab, selain kuteks halal yang sudah ada lama, label-label cat kuku yang terkenal dan sulit dicari ada di sini. Misalnya kuteks branded dari Tom Ford, Marc Jacobs, Chanel, Dior, Burberry, Yves Saint Laurent, hingga kuteks gel merek Vetro dari Jepang. Nail polisdari label ternama ini, kata Fifi tentu saja berbeda dengan merek kuteks standar seperti O.P.I, di mana biasanya setiap merek punya warna khas tersendiri.
“Kalau di Yves Saint Laurent kita perhatikan di logo mereka ada warna merah khas, nah mereka punya seri kuteks warna itu. Lalu di merek Burberry, dia punya tema-tema tertentu seperti mengeluarkan warna edisi summer,” ujar Fifi lagi. Dari segi kualitas dan harga, pelanggan Fifi yang memang mengerti tentang kuteks dapat membedakannya. Biasanya kuteks berlabel terkenal hanya mengeluarkan seri tertentu, dengan warna khas dan kepekatan palet yang sesuai dengan warna aslinya.
Harga dari pemakaian nail polis label terkenal ini dibanderol mulai dari Rp85.000 hingga sekitar Rp200.000. Adapun untuk nail art,menurut Fifi, ada banyak tema mulai dari abstrak, dengan glitter, menempelkan kristal di atas kuku, 2 D, dan paling tren saat ini nail polis gel yang lebih tahan lama di kuku karena tak mudah tergores.
Dyah ayu pamela
(ars)